“Hud menjawab, “Sesungguhnya
aku adalah rasul yang dapat dipercaya bagimu. Oleh karena itu, bertakwalah kamu
kepada Allah dan taatilah aku.” (QS. Asy-Syu’ara [26] : 125-126)
Nabi Hud ‘alaihis salam
adalah seorang nabi yang diutus untuk Kaum 'Ad yang tinggal di Al-Ahqaf, Rubu'
Al-Khali Yaman. Nabi Hud ‘alaihis salam dikenal dalam ajaran agama
Islam, Yahudi dan Nasrani. Dalam Taurat sering diperhubungkan dengan Eber meski
riwayatnya tak tertulis. Umat Muslim percaya bahwa Nabi Hud ‘alaihis salam
hidup sekitar 150 tahun antara tahun 2450 SM hingga 2320 SM dan diutus menjadi
rasul pada tahun 2400 SM. Diriwayatkan bahwa ia wafat di Timur Hadhramaut,
Yaman. Sedangkan dalam Taurat, Nabi Hud ‘alaihis salam yang disebut
dengan nama Eber hidup hingga 464 tahun. (Taurat, Kitab Kejadian 11 : 17-18)
Nabi Hud ‘alaihis
salam adalah anak dari Abdullah bin Raban bin Al-Khulud bin Aad bin Aus bin
Irm bin Sam bin Nuh. Beliau di utus kepada kaum Aad yaitu leluhurnya yang
ketiga. Kaum yang hidup di Jazirah Arab, disuatu tempat bernama Al-Ahqaf yang
terletak disebelah utara kota Hadramaut antara Yaman dan Oman. Kaum Aad adalah
kaum penyembah berhala bernama Shamud, Shada, dan Al-Haba. Mereka termasuk suku
yang tertua sesudah kaum Nuh ‘alaihis salam. Mereka terkenal karena
tubuhnya yang besar dan kuat. Mereka mempunyai kebun-kebun luas, hasil bumi
yang melimpah. Alamnya dipenuhi dengan kemakmuran dari sungai-sungai yang
mengalir dan taman-taman yang indah. Dengan kekayaan yang melimpah, mereka
dapat membuat rumah yang indah pada masa itu untuk tempat tinggal mereka. Mereka
tinggal di rumah-rumah yang terbuat dari gunung pasir. (Tarikh Ath-Thabari,
Jilid 1 hal. 133)
Mereka tinggal di
rumah-rumah yang memiliki tiang-tiang yang besar sebagaimana difirmankan Allah subhanahu
wa ta’ala:
إِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِ
الَّتِي لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِي الْبِلَادِ
“(Yaitu)
penduduk Iram (ibu kota tempat tinggal kaum ‘Aad) yang mempunyai
bangunan-bangunan yang tinggi. Yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti
itu, di negeri-negeri lain,” (QS. Al-Fajr [89] : 7-8)
Mereka juga membangun
istana-istana dan benteng-benteng yang tinggi dan membanggakan diri dengan
bangunan-bangunan itu. Hal ini sebagaimana difirmankan Allah subhanahu wa
ta’ala:
أَتَبْنُونَ بِكُلِّ رِيعٍ آيَةً تَعْبَثُونَ وَتَتَّخِذُونَ مَصَانِعَ
لَعَلَّكُمْ تَخْلُدُونَ
“Apakah
kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main
(bermewah-mewah). Dan kamu membuat benteng-benteng dengan maksud agar kamu
kekal (di dunia)?” (QS. Asy-Syu’ara [26] : 128-129)
Hanya saja sayang
beribu sayang. Ditengah majunya peradaban mereka, kehidupan keagamaan mereka
sangat rusak. Mereka meninggalkan agama yang dianut oleh nenek moyang mereka
yaitu Nabi Nuh ‘alaihis salam. Nikmat-nikmat yang Allah subhanahu wa
ta’ala berikan kepada mereka begitu banyak, namun mereka tidak bersyukur
kepada Allah subhanahu wa ta’ala terhadapnya, bahkan mereka
menyekutukan-Nya dengan sesuatu, mereka sembah patung-patung, dan mereka adalah
kaum yang pertama menyembah patung setelah banjir besar zaman Nabi Nuh ‘alaihis
salam. Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala:
وَاذْكُرُوا إِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاءَ مِنْ بَعْدِ قَوْمِ نُوحٍ
وَزَادَكُمْ فِي الْخَلْقِ بَسْطَةً فَاذْكُرُوا آلَاءَ اللَّهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan
ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai
pengganti-pengganti (yang berkuasa) setelah lenyapnya kaum Nuh, dan Allah telah
melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh itu). Maka
ingatlah nikmat-nikmat Allah agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al-A’raf [7]
: 69)
Tidak hanya itu,
mereka juga mengerjakan berbagai maksiat dan dosa serta mengadakan kerusakan di
bumi, maka Allah subhanahu wa ta’ala mengutus Nabi Hud ‘alaihis salam
kepada mereka untuk menunjukkan jalan yang lurus. Beliau mengajak mereka
menyembah hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala saja dan melarang
mereka berbuat syirk dan melakukan berbagai kemaksiatan.
Beliau juga
mengingatkan mereka agar bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
nikmat-nikmat-Nya yang diberikan-Nya kepada mereka, Beliau berkata kepada
mereka:
يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلا
تَتَّقُونَ
“Wahai
kaumku! Sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan yang berhak disembah
bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?” (QS. Al-A’raf [7]
: 65)
Mereka pun
bertanya-tanya tentang keadaan diri Nabi Hud ‘alaihis salam, “Siapakah
sebenarnya engkau wahai Hud sehingga mengatakan kata-kata seperti itu?” Hud
menjawab:
إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ
“Sesungguhnya
aku adalah rasul yang dapat dipercaya bagimu. Oleh karena itu, bertakwalah kamu
kepada Allah dan taatilah aku.” (QS. Asy-Syu’ara [26] : 125-126)
Maka kaumnya
membantahnya dengan kasar dan sombong sambil berkata:
الْمَلأ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ إِنَّا لَنَرَاكَ فِي
سَفَاهَةٍ وَإِنَّا لَنَظُنُّكَ مِنَ الْكَاذِبِينَ
“Sesungguhnya
Kami benar-benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami
menganggap kamu termasuk orang-orang yang berdusta.” (QS. Al-A’raf [7] : 66)
Nabi Hud ‘alaihis
salam menjawab :
يَا قَوْمِ لَيْسَ بِي سَفَاهَةٌ وَلَٰكِنِّي رَسُولٌ مِنْ رَبِّ
الْعَالَمِينَ أُبَلِّغُكُمْ رِسَالَاتِ رَبِّي وَأَنَا لَكُمْ نَاصِحٌ أَمِينٌ
“Wahai
kaumku! Tidak ada padaku kekurangan akal sedikit pun, tetapi aku ini adalah
utusan dari Tuhan semesta alam. Aku menyampaikan amanat-amanat Tuanku kepadamu
dan aku hanyalah pemberi nasihat yang terpercaya bagimu.” (QS. Al-A’raf [7] :
67-68)
Kaumnya pun semakin
sombong di samping menolak dengan keras beribadah kepada Allah subhanahu wa
ta’ala, mereka berkata kepada Nabi Hud ‘alaihis salam:
يَا هُودُ مَا جِئْتَنَا بِبَيِّنَةٍ وَمَا نَحْنُ بِتَارِكِي آلِهَتِنَا
عَنْ قَوْلِكَ وَمَا نَحْنُ لَكَ بِمُؤْمِنِينَ إِنْ نَقُولُ إِلا اعْتَرَاكَ بَعْضُ
آلِهَتِنَا بِسُوءٍ قَالَ إِنِّي أُشْهِدُ اللَّهَ وَاشْهَدُوا أَنِّي بَرِيءٌ مِمَّا
تُشْرِكُونَ
“Wahai
Hud! Kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami
sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu,
dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu. Kami tidak mengatakan
melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas
dirimu.” (QS. Hud [11] : 53-54)
Meskipun begitu Nabi
Hud ‘alaihis salam tetap bersabar dan mengajak mereka untuk mengikuti
kebenaran. Beliau mengingatkan mereka akan nikmat-nikmat Allah subhanahu wa
ta’ala kepada mereka dengan harapan mereka mau bertobat kepada Allah subhanahu
wa ta’ala dan meminta ampunan kepada-Nya. Beliau berkata kepada mereka :
فَاتَّقُوا الَّهَ وَأَطِيعُونِ وَاتَّقُوا الَّذِي أَمَدَّكُمْ
بِمَا تَعْلَمُونَ أَمَدَّكُمْ بِأَنْعَامٍ وَبَنِينَ وَجَنَّاتٍ وَعُيُونٍ
“Dan
bertakwalah kepada Allah yang telah menganugerahkan kepadamu apa yang kamu
ketahui. Dia telah menganugerahkan kepadamu binatang-binatang ternak, dan
anak-anak, Dan kebun-kebun dan mata air.” (QS. Asy-Syu’ara [26] : 131-134)
Beliau juga berkata :
يَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ
السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَىٰ قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا
مُجْرِمِينَ
“Wahai
kaumku! Mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia
menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan
kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” (QS. Hud
[11] : 52)
Tetapi Nabi Hud ‘alaihis
salam tidak mendapatkan kaumnya selain sebagai manusia yang telah mati
hatinya dan telah menjadi keras seperti batu, memegang teguh kesesatan dan
penyimpangannya dan tetap kokoh menyembah patung. Mereka juga membalas
nasihatnya dengan tindakan zalim dan olok-olokkan, sehingga Nabi Hud ‘alaihis
salam berkata kepada mereka :
إِنِّي أُشْهِدُ اللَّهَ وَاشْهَدُوا أَنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ
مِنْ دُونِهِ فَكِيدُونِي جَمِيعًا ثُمَّ لا تُنْظِرُونِي إِنِّي تَوَكَّلْتُ عَلَى
اللَّهِ رَبِّي وَرَبِّكُمْ مَا مِنْ دَابَّةٍ إِلا هُوَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا إِنَّ
رَبِّي عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقَدْ أَبْلَغْتُكُمْ مَا أُرْسِلْتُ
بِهِ إِلَيْكُمْ وَيَسْتَخْلِفُ رَبِّي قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلا تَضُرُّونَهُ شَيْئًا
إِنَّ رَبِّي عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَفِيظٌ
“Sesungguhnya
aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya
aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan, dengan yang lain, sebab itu
jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadapku dan janganlah kamu memberi tangguh
kepadaku. Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak
ada suatu binatang melata pun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya.
Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus. Jika kamu berpaling, maka
sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu apa (amanat) yang aku diutus
(untuk menyampaikan)nya kepadamu. Dan Tuhanku akan mengganti (kamu) dengan kaum
yang lain (dari) kamu; dan kamu tidak dapat membuat mudharat kepada-Nya sedikit
pun. Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha pemelihara segala sesuatu.” (QS. Hud [11]
: 54-57)
Mereka tetap saja
menyombongkan diri dan membanggakan diri dengan kekuatannya, dan mereka berkata
Nabi Hud ‘alaihis salam dengan sombongnya :
مَنْ أَشَدُّ مِنَّا قُوَّةً
“Siapakah
yang lebih kuat kekuatannya daripada kami?” (QS. Fushshilat [41] : 15)
Mereka juga
mengolok-olok Nabi Hud ‘alaihis salam dan meminta kepadanya agar disegerakan
adzab. Mereka berkata:
فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ
“Maka
datangkanlah adzab yang kamu ancamkan kepada Kami jika kamu Termasuk
orang-orang yang benar.” (QS. Al-A’raf [7] : 70)
Nabi Hud ‘alaihis
salam pun menjawab :
قَدْ وَقَعَ عَلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ رِجْسٌ وَغَضَبٌ أَتُجَادِلُونَنِي
فِي أَسْمَاءٍ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا نَزَّلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ
سُلْطَانٍ فَانْتَظِرُوا إِنِّي مَعَكُمْ مِنَ الْمُنْتَظِرِينَ
“Sungguh
sudah pasti kamu akan ditimpa adzab dan kemarahan dari Tuhanmu. Apakah kamu
sekalian hendak berbantah dengan aku tentang nama-nama (berhala) yang kamu
beserta nenek moyangmu menamakannya, padahal Allah sekali-kali tidak menurunkan
hujjah untuk itu? Maka tunggulah (adzab itu), sesungguhnya aku juga termasuk
orang yamg menunggu bersama kamu”. (QS. Al-A’raf [7] : 71)
Demikianlah dialog
yang terjadi antara Nabi Hud ‘alaihis salam dengan kaumnya. Mereka tetap
tidak mau menerima ajakan Nabi Hud ‘alaihis salam. Namun Nabi Hud ‘alaihis
salam terus mengajak mereka, bagaimana juga sambutan yang diperoleh mereka
yang ingkar itu. Demikian dari waktu ke waktu, tahun ke tahun, beratus-ratus
tahun pula konon lamanya. Hanya sedikit yang ikut ajaran Nabi Hud ‘alaihis
salam.
0 Comment for "Seruan Nabi Hud ‘Alaihis Salam Kepada Kaumnya"