Air Bah Menutup Seluruh Dunia

“Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang mukmin) dari orang-orang yang bersamamu.” (QS. Hud [11] : 48)

Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan kepada Nabi Nuh ‘alaihis salam untuk membuat bahtera dan mengajarkan kepadanya bagaimana membuatnya dengan baik. Diriwayatkan dalam kitab Taurat bahwa Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan kepada Nabi Nuh ‘alaihis salam untuk membuat bahtera tersebut dari kayu gofir. Bahtera dibuat berpetak-petak dan ditutup dengan pakal dari luar dan dari dalam. Ukuran bahtera adalah 300 hasta (±157 meter) panjangnya, 50 hasta (±26,2 meter) lebarnya dan 30 hasta (±15,7 meter) tingginya. Bahtera tersebut bertingkat tiga dan atapnya diselesaikan dengan melebihkan 1 hasta serta dipasang pintu di tengah lambungnya. (Taurat, Kitab Kejadian Pasal 6 ayat 15-16)

Setelah bahtera itu jadi, janji Allah subhanahu wa ta’ala pun segera tiba. Hujan dan angin topan yang tiada henti-hentinya berhari-hari lamanya dan mata air bersemburan pula dari dalam bumi, sehingga semakin besarlah air mengalir, banjir pun akhirnya terjadi. Semakin hari, air bah semakin besar dan pasang. Nabi Nuh ‘alaihis salam tidak lupa untuk mengajak mereka bertaubat kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Tetapi mereka tidak mau mendengarnya. Diriwayatkan bahwa yang beriman kepada Nabi Nuh ‘alaihis salam dan menaiki bahtera ada 80 orang yaitu Sam, Ham, Yafits dan istri-istrinya serta 73 orang dari keturunan Nabi Syits ‘alaihis salam. (Tarikh Ath-Thabari, Jilid 1 hal. 117) dan Nabi Nuh ‘alaihis salam pun membawa binatang-binatang yang sejenis sepasang-sepasang, tumbuh-tumbuhan dan bekal mereka selama air belum surut sampai permukaan.

حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَمْرُنَا وَفَارَ التَّنُّورُ قُلْنَا احْمِلْ فِيهَا مِنْ كُلٍّ زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ وَأَهْلَكَ إِلَّا مَنْ سَبَقَ عَلَيْهِ الْقَوْلُ وَمَنْ آمَنَ وَمَا آمَنَ مَعَهُ إِلَّا قَلِيلٌ وَقَالَ ارْكَبُوا فِيهَا بِسْمِ اللَّهِ مَجْرَاهَا وَمُرْسَاهَا إِنَّ رَبِّي لَغَفُورٌ رَحِيمٌ

“Hingga apabila perintah Kami datang dan dapur telah memancarkan air, Kami berfirman: "Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman." Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit. Dan Nuh berkata: "Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya." Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Hud [11] : 40-41)

Air bah mengombang-ambing bahtera Nuh ‘alaihis salam, air bah itu terus naik hingga sehingga gelombangnya berayun laksana gunung. Ditengah ayunan gelombang yang sangat kuat, Nabi Nuh ‘alaihis salam melihat anaknya sedang berada di sebuah tempat yang terpencil di sebuah bukit sedang berusaha untuk menaiki bukit untuk menghindari banjir yang semakin besar. Nama anak Nabi Nuh ‘alaihis salam ini adalah Kan’an dan juga ada yang menyebutnya Yam yang merupakan anak ke-4 dari istrinya Umdzarah binti Barakil. (Tarikh Ath-Thabari, Jilid 1 hal. 114-117 dan Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 2 hal. 587)

وَهِيَ تَجْرِي بِهِمْ فِي مَوْجٍ كَالْجِبَالِ وَنَادَىٰ نُوحٌ ابْنَهُ وَكَانَ فِي مَعْزِلٍ يَا بُنَيَّ ارْكَبْ مَعَنَا وَلَا تَكُنْ مَعَ الْكَافِرِينَ قَالَ سَآوِي إِلَىٰ جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنَ الْمَاءِ قَالَ لَا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِلَّا مَنْ رَحِمَ وَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِينَ

“Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: “Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir.” Anaknya menjawab: “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!” Nuh berkata: “Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang.” Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya, maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.” (QS. Hud [11] : 42-43)

Mendengar itu, menangislah Nabi Nuh ‘alaihis salam menyaksikan anak yang dicintainya membantah dan menolak petunjuk yang telah diberikannya. Air yang semakin tinggi dan gelombang yang berayun setinggi gunung itu pun akhirnya menenggelamkan anak yang durhaka itu bersama kekafirannya. Melihat kenyataan itu, akhirnya Nabi Nuh ‘alaihis salam pun berdoa:

رَبِّ إِنَّ ابْنِي مِنْ أَهْلِي وَإِنَّ وَعْدَكَ الْحَقُّ وَأَنْتَ أَحْكَمُ الْحَاكِمِينَ

“Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya.” (QS. Hud [11] : 45)

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

قَالَ يَا نُوحُ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ إِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ فَلَا تَسْأَلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنِّي أَعِظُكَ أَنْ تَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ

 “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan.” (QS. Hud [11] : 46)

Mendengar firman Allah subhanahu wa ta’ala tersebut, Nabi Nuh ‘alaihis salam sadar jika apa yang dia lakukan adalah salah, dan setelah itu beliau pun memohon ampun dan bertaubat kepada-Nya.

قَالَ رَبِّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْأَلَكَ مَا لَيْسَ لِي بِهِ عِلْمٌ وَإِلَّا تَغْفِرْ لِي وَتَرْحَمْنِي أَكُنْ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Nuh berkata: Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakekat)nya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Hud [11] : 47)

Nabi Nuh ‘alaihis salam dan orang-orang yang beriman dalam bahtera selamat, sedangkan orang-orang yang kafir ditenggelamkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala semuanya. Selama berada dalam bahtera, orang-orang yang beriman berpuasa dan banyak-banyak bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

وَقِيلَ يَا أَرْضُ ابْلَعِي مَاءَكِ وَيَا سَمَاءُ أَقْلِعِي وَغِيضَ الْمَاءُ وَقُضِيَ الْأَمْرُ وَاسْتَوَتْ عَلَى الْجُودِيِّ وَقِيلَ بُعْدًا لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ

“Dan difirmankan: “Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah,” dan airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan: “Binasalah orang-orang yang zalim.” (QS. Hud [11] : 44)

Diriwayatkan bahwa bukit Judi terletak di Armenia Selatan berbatasan dengan Mesopotamia atau sekarang sering disebut dengan Mousul. (Tarikh Ath-Thabari, Jilid 1 hal. 116 dan Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 2 hal. 587). Sedangkan dalam keterangan Taurat dijelaskan bahwa bahtera Nabi Nuh ‘alaihis salam terdampar di pegunungan Ararat (Taurat, Kitab Kejadian Pasal 8 ayat 5) yang merupakan puncak tertinggi di Turki yang letaknya sama dengan riwayat Imam Ath-Thabari rahimahullah yaitu di Armenia Selatan.

Air pun perlahan demi perlahan surut. Berlabuhlah bahtera itu di atas bukit Judi di pegunungan Ararat ketika tampaklah puncak-puncak gunung. Nabi Nuh ‘alaihis salam melepaskan seekor burung gagak. Namun burung gagak tersebut kembali pulang ke dalam bahtera dan hal ini menunjukkan bahwa banjir masih sangat tinggi. Setelah 7 hari, Nabi Nuh ‘alaihis salam melepaskan seekor burung merpati namun burung merpati itu kembali lagi ke bahtera seperti burung gagak sebelumnya. 7 hari kemudian Nabi Nuh ‘alaihis salam melepaskan burung merpati untuk kedua kalinya, namun burung merpati tersebut kembali lagi ke bahtera hanya saja burung merpati itu pulang dengan membawa ranting dan hal ini menunjukkan bahwa air banjir sudah surut sebagian sehingga ada beberapa permukaan tanah yang sudah kering dan ditumbuhi tanaman. 7 hari kemudian Nabi Nuh ‘alaihis salam kembali melepas burung merpati tersebut akan tetapi burung merpati tersebut tidak kembali dan hal ini menunjukkan bahwa air telah surut. Terhitung sejak Nabi Nuh ‘alaihis salam dan orang-orang yang beriman memasuki bahtera sudah sekitar 314 hari. Nabi Nuh ‘alaihis salam kemudian membuka pintu bahtera dan menyaksikan bahwa muka bumi sudah mulai mengering. (Taurat, Kitab Kejadian Pasal 8 ayat 3-18)

Nabi Nuh ‘alaihis salam dan orang-orang yang beriman pun mulai turun dari bahtera dengan selamat, penuh suka cita dan rasa bersyukur yang sangat atas rahmat Allah subhanahu wa ta’ala. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala mewahyukan kepada Nabi Nuh ‘alaihis salam:

قِيلَ يَا نُوحُ اهْبِطْ بِسَلامٍ مِنَّا وَبَرَكَاتٍ عَلَيْكَ وَعَلَى أُمَمٍ مِمَّنْ مَعَكَ وَأُمَمٌ سَنُمَتِّعُهُمْ ثُمَّ يَمَسُّهُمْ مِنَّا عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Difirmankan: “Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang mukmin) dari orang-orang yang bersamamu. Dan ada (pula) umat-umat yang Kami beri kesenangan pada mereka (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari Kami.” (QS. Hud [11] : 48)

Setelah Nabi Nuh ‘alaihis salam dan orang-orang yang beriman turun dan melepaskan hewan-hewan yang diangkutnya, maka mulailah Beliau dan para pengikutnya menjalani hidup yang baru, keluarga Nuh ‘alaihis salam kembali merepopulasi bumi. Keturunan Sam bin Nuh menjadi ras Arab, Persia dan Romawi, keturunan Ham bin Nuh menjadi ras Sudan, Afrika dan India, keturunan Yafits menjadi ras Turki. (Tarikh Ath-Thabari, Jilid 1 hal. 117)

Beliau di sisa umurnya kembali berdakwah kepada orang-orang yang beriman dan mengajarkan kepada mereka hukum-hukum agama. Beliau banyak melakukan dzikrullah, shalat dan berpuasa hingga beliau wafat dan menghadap Allah subhanahu wa ta’ala. Hanya sedikit hamba-hamba Allah subhanahu wa ta’ala yang mensyukuri nikmat Allah subhanahu wa ta’ala dengan sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya.

0 Comment for "Air Bah Menutup Seluruh Dunia"

Rasulullah bersabda: “al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu.” Kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya dan kedua orangtuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Qur’an.” (HR. ath-Thabrani)

Back To Top